Cari

FLP Cabang Bangkalan

Kami sampaikan kata-kata ini, tidak peduli seberapa samar gema terdengar

Kategori

Puisi

Lagu Sendu, Penawar Rindu

Oleh Suwindar Putpita

Syair-Syair itu mengalun merdu

Mengiringi harmoni hati

Yang dilanda rindu

Akan kenangan dahulu

Paduan petikan gitar dan biola

Yang begitu leluasa

Memainkan peranannya

Memunculkan memori yang ada

Tentang canda tawa

Tentang air mata

Dalam persahabatan kita

Tubuh Kecil Tekad Baja 


Oleh Ahmad Hambali

Terjatuh, tersungkur

Penuh luka, bersimbah darah

Dengan batu dalam genggaman

Badan kecil itu tegap berkesiap

Di hadapan mereka besi-besi

Siap tempur berbaris rapi

Mendongkak dengan congkak

Setan dan iblis di kanan kiri

Gema takbir membahana

Mengalahkan dentum bom dari tank perkasa

Bau darah semerbak mawar

Lawan senapan tak kenal gentar

Tekad membaja

Anak-anak Palestina

Memberi tamparan pada kita

Sering malas lagi berkeluh kesah

Menghadapi kehidupan yang tak seberapa

Bidadari Bersayap Pena

Oleh Mutmainnah

Bidadari bersayap pena

Mengajar abjad hingga kalimat

Hingga tersebar butir-butir mutiara hikmah

Bidadari bersayap pena
Bagai pelita di kala gelap malam

Cahayanya mengiringi setiap langkah

Bidadari bersayap pena
Bagai embun penyejuk di kala kehausan

Airnya jernih tanpa celah

Bidadari bersayap pena
Ia adalah pahlawan bangsa

Pahlawan tanpa tanda jasa

Pembangun insan cendekia

Suasana

Oleh Siti Halwah

Rumput kering kecoklatan

Angin senja dan suasana bising

Pada sore, aku bertanya

Arti pagi yang meninggalkan setumpuk

bakul, penuh — selaksana mimpi

Senyap bersemayam dalam dada

menolak pergi, lalu diam.

Dan malam,

kembalilah datang

Lembaran Jelita

Oleh Ridwan

Mobil-mobil mewah berbaris rapi

Di muka gedung itu ada dua buah sandal tanpa alas

Ruangan tengah sisi kanan gedung itu

Tampak dari jendela lembaran kertas lepas dari bindernya

Tertulis buah karya nan jelita di dalammya

Oleh seorang akhwat yang mulia

Hujan

Oleh Khoirus Sholihatinnur

Aku ingin hujan

Hujan di bulan Juni

Hujan yang mempertemukan kita

Hujan di bawah naungan takdir-Nya

Hujan adalah saksi bisu kami

Satu persatu jatuh ke muka bumi

Menampan wajah yang penuh luka

Hujan, mengapa kau pergi?

Dunia menghujamku

Awan mengejekku

Mereka ingin hujan pergi

Tiada kuasa diriku

Hujan tetaplah hujan

Dia mudah datang dan pergi

Abah (Ayah)

Oleh Sofyanut Tauri

Oh, Ayah

tanpa setetes air keringatmu aku bukan siapa-siapa

Sebuah pengorbanan yang tiada batas

untuk anakmu ini

Keringatmu bertetesan

bagaikan darah yang mengalir waktu luka

Sungguh pantas engkau

dijuluki tulang punggung keluarga

Oh, Ayah

meskipun pikiranmu terpecah

memikirkan buah hati dan amanah

engkau tidak mengenal lelah

siang-malam engkau membanting tulang

demi sesuap nasi untuk keluarga tersayang

Terimakasih, Ayah

Sebuah Bait Puisi

Oleh Khurbiyatul Ulfa

Terik mentari tersipu malu

diam, termenung mencari bait

derup suara kuda mesin

Bingung…

satu gores

dua gores

tiga gores

gagal!!!

Coretan memenuhi kertas putih itu

goresan keempat, mulai tersenyum

aku mulai berproses

bait-bait terpenuhi

berubah menjadi sebuah bait

yaitu bait puisi

Ikhlas

Oleh Ani Marlia

Terabaikan, tertindas, bahkan dijajah

Tergilas habis sampai lusuh

Tangan meraut sembarang

Terkadang sabit ikutan

Meski sering terabaikan

Penting membawa kehidupan

Atas ↑