Cari

FLP Cabang Bangkalan

Kami sampaikan kata-kata ini, tidak peduli seberapa samar gema terdengar

Kategori

Non-Fiksi

Mengemas Berita dengan Sastra

“Menulis adalah suatu cara untuk bicara, suatu cara untuk berkata, suatu cara untuk menyapa—suatu cara untuk menyentuh seseorang yang lain entah di mana. Cara itulah yang bermacam-macam dan di sanalah harga kreativitas ditimbang-timbang.”
Lanjutkan membaca “Mengemas Berita dengan Sastra”

Pembentukan Karakter Pemuda Islam Demi Peradaban Bangsa

pemuda palestinaOleh: Afzal Farid Al-Fahmi

————————————-

“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk”.(QS.Al-Kahfi :13)

            Ayat di atas telah menjelaskan bahwa yang disebut bukanlah orangtua, tetapi yang disebut adalah pemuda. Pemuda memang memiliki semangat yang berapi-api dan memiliki naluri untuk melakukan perubahan yang sangat besar. Selain itu, Pemuda juga mempunyai andil besar bagi perubahan lingkungannya. Ia pun mampu membawa teman-temannya agar sadar dan mengenal Islam. Sudah saatnya pemuda peduli bahwa siapa lagi yang akan memperjuangkan Islam di tengah-tengah masyarakat kalau bukan mereka ? Ketika SK jilbab belum keluar, pemuda juga yang bergerak dan berjuang. Itu hanya salah satu contoh. Sekarang pun di saat kesadaran berislam sudah tinggi, saatnya pemuda berperan untuk membuat masyarakat rindu Islam kaffah yaitu dengan menerapkan syari’at islam secara menyeluruh di semua lapisan masyarakat. Lanjutkan membaca “Pembentukan Karakter Pemuda Islam Demi Peradaban Bangsa”

Melejitkan Potensi Menulis

MenulisOleh: Ahmad Hambali

—————————

Banyak orang berfikir bahwa menulis merupakan kegiatan yang susah dan membutuhkan waktu yang lama. Membayangkannya sebagai sesuatu yang mengerikan dan tak mungkin dilakukan. Anggapan semacam ini membuat sebagian orang enggan menulis dan dalam realitanya hanya sedikit yang bercita-cita jadi penulis. Padahal, menulis itu merupakan hal yang menyenangkan dan tak membutuhkan waktu yang lama. Menulis bisa diibaratkan dengan belajar menaiki sepeda, meski kita diberi teori-teori mengenai cara menaiki sepeda, jika kita tidak pernah mencaba mempraktekkan teori-teori tersebut, maka selamanya kita tidak akan pernah bisa menaiki sepeda. Maka untuk bisa menulis, biasakanlah menulis !.

Jika pembaca masih merasa menulis itu sulit dan membutuhkan motivasi atau dorongan untuk bisa menulis, dalam artikel ini penulis mencoba memberikan tips untuk melejitkan potensi menulis pembaca yang penulis rangkum dari berbagai sumber yang sebagian besar dari buku tentang cumlaude karangan Maya H. Lanjutkan membaca “Melejitkan Potensi Menulis”

Pacaran bikin Tidak Produktif Menulis

pacaran gak produktifOleh: Rasyiqi
—————–
Menulis adalah perselingkuhan kata-kata di ranjang inspirasi, begitulah saya mengatakannya pada seorang teman kala itu. Ada sebuah permasalahan saya dalam hal perselingkuhan itu; ide. Ya, ide !! kiranya saya sama dengan anda dalam masalah ini. Setelah tahu apa yang akan ditulis, selanjutnya bagaimana itu ditulis tapi ini tidak primer. Yang primer adalah apa (ide) yang akan ditulis. Seringkali penulis mengalami kehilangan ide sebelum ia menulis atau bahkan setelah memulai menulis. Contohnya adalah saya memulai menulis sebuah esai selesai. Esai yang kedua baru sampai sepetiga halaman ide saya kocar-kacir. Saya berhenti beberapa saat untuk memperbaiki ide-ide lagi. Namun, alhasil saya mendapat ide baru yang tidak akan bisa nyambung dengan ide sebelumnya. Woro-woro saya tinggalkan project di awal saya memulai menyusun esai dengan ide yang baru. Yahh.. sambil lalu saya tambah pelan-pelan esai yang belum selesai itu kalau tiba-tiba ada ide hinggap. Saya tidak tahu kapan itu bisa selesai.

Saya sebenarnya ingin menuturkan sesuatu tentang salah satu cara menemukan ide yang saya nilai manjur setelah beberapa kali lolos uji coba untuk penulis pemula. Sebab ide itu harus di ciptakan. Banyak yang bilang bahwa pacaran merupakan cara terbaik dan tergembira mendapatkan ide untuk menulis. Otak merespon lebih tinggi dalam urusan percintaan. Produktivitas menulis menjadi manjur. Dalam usia muda seseorang sudah memulai untuk menulis yaitu sepuluh tahun. Lanjutkan membaca “Pacaran bikin Tidak Produktif Menulis”

Cerdas Berinformasi*

KoranOleh: Yanuari Dwi Prianto**

——————————-

Al Walid bin Uqbah bin Abi Muith berhenti di dekat Muraisi’, sumber air di wilayah Bani Musthaliq. Ingatannya melayang jauh di masa lalu, terkait perselisihan antara dia dan Bani Musthaliq di masa jahiliyah. Dalam dadanya bercokol dendam. Seandainya bukan Rasulullah yang memerintahkannya untuk mengunjungi Bani Musthaliq, maka tak sejengkal pun dia akan menapakkan kakinya di wilayah Bani Musthaliq. Mendengar bahwa Bani Musthaliq hendak menjamunya karena bentuk takzim atas perintah Rasulullah, Al Walid justru bertolak ke arah Madinah, dengan amarah dalam bisikan syaitan, ia akan mengabarkan kepada Rasulullah bahwa Bani Musthaliq akan membunuh beliau.

“Yaa Rasulullah, Bani Musthaliq menolak untuk membayar zakat dan mereka hendak menjumpaimu untuk membunuhmu.” Ujar Al Walid dengan tergesa. Mendengar penuturan Al Walid, Rasulullah pun murka dan hendak memerangi mereka. Lanjutkan membaca “Cerdas Berinformasi*”

Nilai

Nilai seorang penulisSerial Menulis Yanuari Dwi P*

————————————

Nilai adalah harga, sebuah nominal yang terpampang pada diri untuk dibayar orang lain. Nilai juga berarti sifat-sifat atau hal-hal yang penting bagi kemanusiaan. Dan jika diartikan dalam bingkai etika adalah sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan hakikatnya.

Menjadi seorang penulis penting kiranya untuk membangun nilai diri sebelum terjun secara langsung dalam bingkai kontribusi dan kompetisi. Seperti Muhammad SAW, yang terlebih dahulu membangun basis nilai kejujuran, nilai ke-hanif-an – kecenderungan akan kebaikan dan berpaling dari kebatilan, nilai kepemimpinan, dan nilai-nilai kehidupan lain sebelum dia menerima risalah agung, risalah kenabian. Atau seperti Muhammad bin Idris asy-Syafi`i yang tenar dikenal Imam Syafi’i, yang mengasah nilai dirinya dengan mencintai ilmu, berguru tak kenal waktu, menghafal kitab gurunya Imam Malik Al-Muwwaththa’ hanya dengan sembilan malam, juga membaca dan menghafal ratusan kitab sebelum akhirnya dia mendapatkan izin untuk mengeluarkan fatwa pada umur 15 tahun, menulis Qaul Qadim di Baghdad, menulis Qaul Jadid di Mesir, dan menulis puluhan kitab lainnya yang menjadi rujukan berbagai ulama dan umat muslim di seluruh penjuru dunia di masa sekarang. Lanjutkan membaca “Nilai”

Catatan untuk Penulis

GambarSerial Menulis – Yanuari Dwi P*

—————————————

Kumpulan tulisan ini hanya sebuah bentuk pesimisme yang lahir di tengah bencana kepenulisan yang melanda penghuni zamrud khatulistiwa. Tetapi juga secercah optimisme untuk kembali bangkit menebar nyala cahaya yang kehilangan pijarnya. Karena bencana bukan untuk dicaci dan disesali, tetapi untuk bahan menyigi jejak silam, guna merentas langkah harapan.

Penulis bukanlah orang yang menjejali kertas polosnya dengan bualan kata yang mengombal, atau kalimat bagai jalanan di pegunungan Al-Hada di Thaif, ke kanan, kiri, menanjak, menukik, dan memutar yang membuat mual. Kemudian disaat senja berbalut renta, dengan tanggungan rongga-rongga perut yang keroncongan harus terdiam mengangkat pena menunggu santunan tangan-tangan kuasa. Tetapi penulis adalah orang yang mampu memahami esensi menulis bahwa yang utama dalam menulis adalah menyampai pesan yang teberkas dalam putik-putik ingatan untuk mencerahkan, memberi teguran, dan menyadarkan tanpa pamrih sebagai bayangan, hingga namanya terkenang oleh berlapis generasi dengan cemerlang. Lanjutkan membaca “Catatan untuk Penulis”

FLP, Antara Realitas dan Harapan*

FLP Cabang Bangkalan
FLP Cabang Bangkalan

Oleh Abu Ayyash**

Forum Lingkar Pena (FLP) secara sederhana mungkin bisa diartikan sebagai rumah para penulis, entah itu penulis tingkat mula ataupun andal, entah yang masih dalam tahap niat dan belajar maupun  yang bukunya telah terbit berjajar. Begitu berwarna, tetapi tetap bersahaja.

Mengelola FLP cabang yang baru agaknya mudah-mudah susah. Banyak hal menyenangkan maupun menguntungkan, senang karena menjadi bagian pejuang literasi, berbagi dengan banyak orang dengan agenda-agenda seminar dan pelatihan yang dilaksanakan, meski lelah, lesu, dan capek minimal untung karena mendapatkan pengalaman manajerial, kepemimpinan, organisasi, dan pengalaman menulis walau hanya sebaris. Tetapi tidak sedikit pula hal yang membuat risih, miris dan sakit hati, ketika bisik-bisik tetangga  mulai terdengar, “Alah, paling kalau gak buat cerpen ya puisi.” Atau celotehan ironi selalu menisbahkan bahwa FLP adalah kumpulan orang melankolis, yang cengeng, manja, dan lemah. Tidak menganggap orang yang terlibat dalam FLP itu mampu sebagaimana tema yang sering dipakai dalam beberapa agenda acaranya ‘Mengubah Dunia dengan Pena’, “Bagaimana bisa mengubah dunia jika kerjaannya hanya berdongeng dan berpuisi ria?” Lanjutkan membaca “FLP, Antara Realitas dan Harapan*”

Tampan dan Shalih, Itu Baru Keren!!!

Oleh: Ahmad Hambali

Ketampanan dan kecantikan merupakan karunia dari Allah SWT yang harus senantiasa disyukuri. Namun ukuran ketampanan dan kecantikan adalah relatif. Apa yang kita sebut tampan dan cantik, belum tentu demikian penilaian menurut orang lain. Banyak yang mengatakan, tampan dan cantik identik dengan kulit putik dan hidung mancung. Namun banyak pula yang menganggap tampan dan cantik justru mereka yang berkulit sawo matang namun manis. Iya to ?. Tapi, itu semua dari segi fisik saja. Belum tentu mereka yang secara fisik menawan juga memiliki keindahan hati seperti nabi Yusuf as dan Sarah, istri nabi Ibrahim as.

  Lanjutkan membaca “Tampan dan Shalih, Itu Baru Keren!!!”

Atas ↑